Bagaimana Perasaanmu Hari Ini?

november
4 min readSep 9, 2023

--

Dalam rangka 30 days writing challenge. Hari pertama.

Photo by Julian Hochgesang on Unsplash

Tidak pernah terpikirkan sekalipun untuk menulis jurnal mengenai perasaan, rasanya patut dicoba sebagai langkah awal kembali menulis setelah hampir 4 bulan lamanya. Paling tidak butuh waktu sekitar beberapa menit membiarkan otak ini untuk bekerja, memaksa rentetan memori memutar kembali atas hal-hal apa saja yang terjadi dari kemarin, hingga hari ini.

Dalam satu hari, setidaknya manusia mampu merespon sebuah kejadian dalam berbagai bentuk emosi. Kemudian kejadian tersebut akan tersimpan di memori internal otak bernama Hippocampus. Ketika sedang berusaha mengakses bagian otak tersebut, biasanya akan menghabiskan banyak energi untuk benar-benar mengingat (sekaligus memproses) sebuah kejadian secara utuh.

Secara garis besar, bisa dikatakan kalau hidup ini terlalu monoton seperti: melakukan kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, mengisi suplay energi, membersihkan diri, dan menonton konten Youtube maupun Instagram sambil rebahan. Kegiatan yang dilakukan secara berulang seperti itu pada akhirnya memberikan respon, kalau hidupku, sih, rasanya gini-gini aja.

Tapi itu hanya respon yang keluar ketika sudah selesai menjalani hari, biasanya menjelang malam tepat sebelum tidur. Manusia perlu mereka ulang adegan dalam pikiran meski harus kembali menggarami luka lama misalnya kembali teringat rasanya patah hati. Namun siapa sangka, kegiatan tersebut justru membuat manusia berevolusi secara mental.

Seperti yang sudah dikatakan, usaha dalam mengingat cukup menghabiskan energi terutama saat hidup sedang apes-apesnya. Karena respon yang keluar biasanya berupa letupan emosi negatif yang langsung muncul saat teringat sebuah kejadian. Dalam buku This is Truth, That too is Truth, Anand Krishna menuliskan ‘tidak ada energi yang lebih dahsyat daripada energi kemarahan’ selanjutnya penulis menyarankan agar pembaca mengarahkan energinya untuk melakukan sesuatu yang berguna, sangat tipikal.

Bagaimana Perasaanmu Hari Ini dimulai dengan tanggal 8 September kemarin. Hampir 4 bulan ini selalu terbangun bersama perasaan aneh yang mengalungi dada. Bunga tidur yang tidak pernah dianggap serius mendadak berubah menjadi hal yang begitu dipikirkan, setiap malamnya dihinggapi oleh berbagai macam mimpi aneh. Tapi, pagi itu berbeda. Ketenangan memenuhi relung batin mengingat tidak ada mimpi yang dapat diingat. Tidak ada mimpi aneh artinya tidak terbangun separuh malam seperti malam-malam sebelumnya, malam itu menjadi salah satu malam berkualitas selama 4 bulan.

Untuk mengurai perasaan selanjutnya, perlu mendalami apa yang terjadi pada waktu setelahnya. Sedih. Akibat sakit fisik.

Sebagai manusia berumur, bukan kali pertama tubuh bisa merasakan komplikasi antara pegal, linu, dan kram pada paha bagian kiri. Dan secepat itulah perasaan manusia berubah, cukup dengan sebuah ‘pemantik’ dalam satu detik. Kebetulan kejadian kali ini merupakan akibat dari aktivitas yang dilakukan pada hari sebelumnya, yaitu menyetrika baju dalam jumlah banyak.

Paling tidak, semua orang memiliki satu atau dua pekerjaan rumah yang tidak digemari. Menyetrika baju menjadi salah satunya. Sebelum serangan fisik itu muncul, tiba-tiba saja sebuah kesadaran mencuat saat ingin kembali menumpuk setrikaan yang sudah setinggi Gunung Fuji, kali ini ‘pemantiknya’ merasa risih.

Tuhkan, berubah lagi perasaannya.

Tanpa bermaksud menyalahkan gunungan pakaian kusut itu, tubuh harus menanggung tidak nyaman di keesokan harinya. Hanya saja, perasaan tidak enak akibat sakit fisik menjadi sorotan utama yang perlu dirawat. Dan mengadu ke pasangan menjadi alternatif pertolongan pertama, sekedar mengetik “yang, pahaku sakit habis nyetrika banyak kemaren :(” ya, tidak lupa dengan emotikon ‘:(’ untuk menunjukkan kalau itu benar-benar sakit. Selanjutnya? Meminta ibu mertua memijatkan bagian yang nyeri.

Kita semua harus sepakat kalau perasaan ingin mengeluh tidak selamanya tinggal dalam hati. Jadi, saat dipaksa untuk mengingat Bagaimana Perasaanmu Hari Ini agaknya sedikit menyulitkan (saking banyaknya mosi yang bertumpuk). Bisa saja menjawab dengan pendek, sekedar menuliskan “biasa saja” di paragraf awal. Tapi perhatikan eksistensi kata “bagaimana” itu! Sangat memaksa diri ini untuk berpikiran tentang makna yang lebih dalam.

Disisi lain, tidak semua orang pandai mengutarakan bagaimana perasaannya.

Perasaan dapat berubah seiring dengan pergantian keadaan, karenanya segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan pasti akan berlalu. Utamanya, upaya seseorang dalam memproses perasaan agar tidak memberi dampak signifikan hingga hari berakhir akan menjadi ukuran kualitas kecerdasan emosi. Bagaimana bisa mengenali diri sendiri jika tidak bisa menerima perasaan lebih dulu?

Rasanya semua orang paling hebat dalam menghindari perasaan buruk. Seperti menjelang sore tadi, tepatnya pukul 14, aku harus kehilangan Nyamnyam. Kucing berusia satu bulan itu sudah hampir seminggu terjangkit penyakit yang membuat perutnya membuncit hingga mengeras. Padahal Nyamnyam sudah diklaim akan menjadi teman baik sampai besok. Secara kasat mata, sulit sekali melihat Nyamnyam sekarat, sampai tidak ingin mendekat pada saat-saat terakhirnya. Pelbagai pengandaian muncul memperburuk akal sehat; seandainya bisa membawanya ke dokter, seandainya bisa memberikan perawatan yang lebih baik, dan lainnya.

Kehilangan kucing tidak terjadi satu/dua kali sepanjang usia ini. Rasa hampa yang hadir hampir sama, walau tidak sesakit pengalaman pertama.

Pada akhirnya semua orang di rumah menerima kepergian Nyamnyam, buntalan kecil berwarna putih seputih kapas Selection yang mengeong paling lembut. Tentu saja, hari ini tidak ditutup dengan kesedihan, ini masih separuh waktu menuju angka 18, artinya masih ada sekitar 3 jam sebelum waktu tidur sambil merasakan dan siap menghadapi apa saja yang harus aku rasakan.

--

--

No responses yet